Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, aksi membakar petasan serta pelemparan botol minum yang dilakukan suporter tim nasional Indonesia merupakan tindakan tidak sportif. Presiden kecewa sehingga meninggalkan Stadion Utama Gelora Bung Karno meski pertandingan antara Indonesia dan Bahrain belum selesai.
Ulah suporter itu sempat menghentikan laga penyisihan Grup E zona Asia pada kualifikasi Piala Dunia 2014 di Gelora Bung Karno, Selasa (6/9/2011) malam. Peristiwa itu terjadi pada menit ke-75 ketika timnas sudah tertinggal dua gol.
"Presiden kecewa karena itu bertentangan dengan sportivitas olahraga. Memang penting memenangkan pertandingan, tapi lebih penting menjaga sportivitas," kata Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha ketika dihubungi Kompas.com, Selasa malam, seusai pertandingan.
Julian mengatakan, para suporter Indonesia selaku tuan rumah seharusnya dapat menahan diri. Terlebih, kata Julian, pertandingan tersebut dihadiri Presiden, pejabat negara, anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, serta pemerhati olahraga.
Ketika meninggalkan stadion, Presiden sempat meminta Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo serta Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng untuk tetap berada di lokasi pertandingan. Keduanya diminta menjaga situasi di stadion agar tetap kondusif.
Sepanjang pertandingan itu, puluhan petasan dan kembang api meluncur begitu saja hingga memasuki lapangan. Petasan muncul dari berbagai sektor stadion. Begitu juga percikan kembang api yang dilemparkan penonton dari tribun atas dan bawah. Ulah suporter itu sontak menimbulkan asap putih yang membubung tinggi dan menghalangi pandangan para penonton.
Panitia pertandingan sebenarnya telah melarang para penonton membawa petasan dan kembang api ke dalam stadion. Petugas pengamanan pun telah memeriksa tas penonton secara acak. Tak hanya itu, metal detector pun dipasang di setiap pintu masuk. Namun, petasan dan kembang api tetap lolos.
Ulah suporter itu sempat menghentikan laga penyisihan Grup E zona Asia pada kualifikasi Piala Dunia 2014 di Gelora Bung Karno, Selasa (6/9/2011) malam. Peristiwa itu terjadi pada menit ke-75 ketika timnas sudah tertinggal dua gol.
"Presiden kecewa karena itu bertentangan dengan sportivitas olahraga. Memang penting memenangkan pertandingan, tapi lebih penting menjaga sportivitas," kata Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha ketika dihubungi Kompas.com, Selasa malam, seusai pertandingan.
Julian mengatakan, para suporter Indonesia selaku tuan rumah seharusnya dapat menahan diri. Terlebih, kata Julian, pertandingan tersebut dihadiri Presiden, pejabat negara, anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, serta pemerhati olahraga.
Ketika meninggalkan stadion, Presiden sempat meminta Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo serta Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng untuk tetap berada di lokasi pertandingan. Keduanya diminta menjaga situasi di stadion agar tetap kondusif.
Sepanjang pertandingan itu, puluhan petasan dan kembang api meluncur begitu saja hingga memasuki lapangan. Petasan muncul dari berbagai sektor stadion. Begitu juga percikan kembang api yang dilemparkan penonton dari tribun atas dan bawah. Ulah suporter itu sontak menimbulkan asap putih yang membubung tinggi dan menghalangi pandangan para penonton.
Panitia pertandingan sebenarnya telah melarang para penonton membawa petasan dan kembang api ke dalam stadion. Petugas pengamanan pun telah memeriksa tas penonton secara acak. Tak hanya itu, metal detector pun dipasang di setiap pintu masuk. Namun, petasan dan kembang api tetap lolos.
0 comments:
Post a Comment